Friday, August 16, 2013

Merdeka! Itu dulu...


Tak terasa tiga hari, dua hari, satu hari waktu terus berjalan "count down" hari H dari sejarah perjalan bangsa ini akan tiba. 17 Agustus 1945, begitu penggalan dari lagu nasional yang sering saya nyanyikan di depan sekolah dulu. Momentum tahunan yang tak luput dari seremonial dan menjadi tolak ukur pencapaian bangsa, ingat bangsa, bukan institusi atau pun tetekbengek birokrasi. Jika pejabat yang baru dilantik akan ditanya oleh pers tetang 100 hari kerja, ketika dikritisi tentang belum adanya capaian dalam 100 hari, dan apalah segala macam tolak ukur instan bangsa ini.

Saya ingat ketika kecil dulu setiap tanggal 17 Agustus mbah Soeharto akan menyampaikan pidato kenegaraan, yang dinanti-nantikan oleh semua kalangan masyarakat. Apalagi kalangan pegawai negeri maupun BUMN apakah akan ada pengumuman kenaikan gaji dan tunjangan. Lalu akan banyak sekali event "hiburan" untuk merayakan peringatan "Independent day" kalau kata orang barat, dari lomba makan kerupuk, lombak balap karung, lomba balap kelereng, hingga lomba yang harus mengorbankan orang lain untuk diinjak-injak, ditimpa dan ditarik lomba panjat pinang. Mungkin dulu hidup di zaman orba yang otoriter membuat masyarakat membutuhkan banyak hiburan, yang berarti wasting time, ketawa-ketiwi dan leh ha-leha. Dan sebagian besar pesertanya adalah anak-anak generasi bangsa, yang seharusnya diarahkan menuju prestasi baik melalui kreatfitas, olah raga, maupun aktifitas lain yang berkonteks kompetisi. Tidak lain dan tidak bukan untuk menstimulus jiwa kompetisi dan penemu bukan sekedar peniru, pembajak, atau spesialis modifikator produk orang.