Hari keempat trip di Togean saya dan Mika hanya snorkling di depan cottage Pulau Kadidiri, untuk gabung dengan traveler lain sudah full booked. Kami hanya menghabiskan setengah hari di Kadidiri dan lanjutin perjalanan ke Pulau Katupan. Kami milih pulau itu karena di sana ada perkampungan, desa Katupan juga berhadapan dengan Pulau Pengempa aka Tomken Island pulau kecil yang hanya berisi satu resort, pemiliknya dan dikelola oleh keluarga warga Katupat sendiri, mereka juga punya penginapan yang lebih murah di Pulau Katupat. Jadi kalo mau mampir di desa Katupat bisa pilih penginapan di situ lalu gabung ikut trip share cost dengan traveler di pulau Pangempa.
Pergerakan saya dan Mika ke Katupat juga insidental, ga sengaja kita ngobrol sama pemandu yang juga dedengkot wisata di Togean. Saat itu dia cerita ingin segera pulang ke Katupat karena istrinya akan mbrojol anak pertama mereka. Alhasil kami mutusin gabung mereka untuk bisa segera ke Katupat. Setelah pamit dengan pemilik penginapan tempat kami makan siang, segera kami gabung dengan mereka di perahu yang dipake ke Katupan dan mulai deh pelayaran kami. Sambil cerita-cerita menghibur sang calon bapak yang tampangnya keliatan tegang banget, becanda dan hina-hinaan diatas perahu yang digoyang dumai sama ombak trus ditiup angin sepoi berlebihan. Setelah perahu jalan sekitar 30 menit, mesin perahu mendadak mati dan rewel alias hidup segan mati tak mau jadinya mati hidup. Akhirnya kami kembali ke pulau Kadidiri.
Untuk ringanin beban saya dan Mika diminta turun karena sang pemilik perahu akan ke Wakai demi benerin mesin perahu yang ngambek. Kami turun dan akhirnya mereka pergi. Sejam berdiam di Kadidiri, kami coba cari perahu yang bisa ngankut kami nyusul mereka ke Wakai. Untunglah kawan baru kami di penginapan minjamin kami perahu, cukup dengan gantiin bensin aja.Yupp saya dan Mika pun menyusul mereka ke Wakai.
Untuk ringanin beban saya dan Mika diminta turun karena sang pemilik perahu akan ke Wakai demi benerin mesin perahu yang ngambek. Kami turun dan akhirnya mereka pergi. Sejam berdiam di Kadidiri, kami coba cari perahu yang bisa ngankut kami nyusul mereka ke Wakai. Untunglah kawan baru kami di penginapan minjamin kami perahu, cukup dengan gantiin bensin aja.Yupp saya dan Mika pun menyusul mereka ke Wakai.
Ga lebih banyak dari stengah jam saya sama Mika udah nyampe di pelabuhan Wakai, ngucapin makasih trus loncat turun dari perahu. Saat kami sampai ternyata perahu yg rusak udah selesai dibenerin, saya hanya minta waktu untuk beli air mineral dan kami lanjutkan petualangan menuju pulau Katupat. Saat hari yang makin sore, menurut informasi dari warga yang baru sampe dari pulau Katupat katanya ombak dan angin kurang bersahabat. Makanya kami milih mendekat ke pulau Lebiti yang posisinya seblahan dengan pulau Enam yang saya dan Mika kunjungi sebelumnya, dari Lebiti kami harus menempuh jalan darat dengan ojeg ke desa Langgir dan harus menyewa perahu dari desa Baulu untuk anter kami ke Katupat.
Perjalan lintar pulau Togean seru juga rasanya, saya dan Mika tambah dua teman kami lainnya dibonceng sama tukang ojek yang kami bayar Rp 20.000,- membawa kami melintas di pedalaman pulau Togean, jalur yang ga pernah dilewati sama traveler pada umumnya. Suasana desa di pedalaman pulau, diselingi kebun-kebun cengkeh, kelapa dan kakao asik dinikmati. Akses jalan disana mayoritas jalan roda kata orang sana alias tanah merah, kebayang sulitnya masyarakat sana harus melintas jalan becek saat musim hujan. Dan itu satu-satunya akses jalan bagi masyarakat untuk kegiatan sehari-hari, selain pake perahu. Syukur yah kita yang ga perlu becek-becekan untuk ke mana-mana.
Dari parit inilah saya sama Mika dan dua teman mulai perjalanan menuju pulau Katupat. Karena dari Wakai menuju ke Lebiti kami dianter, jadi untuk lanjut ke Katupat kami harus nyewa perahu warga sekitar parit ini untuk bisa nyampe ke Katupat. Salah satu warga masang tarif Rp 300.000,- untuk perjalanan sekitar satu jam setengah dan untuk kami berempat menurut saya harga yang rasional. Maklum suplai BBM mereka dari daratan lewatin beberapa tangan jadi jauh lebih mahal dan si pemilik perahu yang tadinya udah waktunya berkumpul sama keluarga kami ajakin dulu kelayapan, so it was ok!
Diluar ekspetasi pemandangan yang kami jumpai, teman kami si calon bapak itu aja yang udah termasuk dedengkot guide di kepulauan Togean aja baru pertama kali lewatin jalur ini, apalagi saya ma Mika. Panorama sore diantara aliran sungai yang konon masi ada buaya muaranya bikin kami lupa dengan buayanya. Melintasi pohon-pohon sagu, mangrov dan bakau tambah siulan burung-burung liar asli bener bikin plong otak. Sampe-sampe kami semua ga ada yang ngobrol cuma bisa tengok kanan tengok kiri dan cengar-cengir sendiri, dan Mika sempat ngomong: "subhanallah c'est tranquil brother, je ne trouve pas jamais d'abord". "subhanallah, asli tenang banget, damai, gw belum pernah nemu tempat kaya gini sebelumnya".
Kurang lebih setengah jam nyusur aliran sungai kami akhirnya mulai menyebrang laut yang cukup bersahabat. Ikan-ikan kecil bermain di sekitaran perahu kami, mungkin ikannya pada pulang abis cari nafkah juga. hehehe. Elang laut terbang muter-muter gajauh diatas perahu yang indahnya lagi lumba-lumba yang asik kejar-kejaran masih bisa kami liat saat matahari mulai tenggelam. Pokoknya damai deh sore itu, si calon bapak juga menikmati dari raut mukanya keliatan tenang ga tterlalu tegang kaya sebelumnya hingga perahu kami sandar demaga desa Katupat.
Kami sempatin dulu nganter si calon bapak ke rumahnya, lalu saya dan Mika menuju ke penginapan yang berada ga jauh dari rumah si calon bapak, dia juga ikut ngater kami ke pemilik penginapan. Dan k saya dan Mika langsung ditransfer menuju pulau Pangempa tempat resort mereka yang berapa cuma 15 menit di depan rumah mereka. Semua ini gegara Mika, si treveler Prancis yang ga lepas make sarung. hahaha. Tiba di resort dijamu makan malam dulu, gabung dgn tamu-tamu lain, trus ngobrol-ngobrol sharing perjalanan kami berdua selama empat hari ini. Sakin asiknya ngobrol lupa ngambil kunci kamar, staf resort pada balik ke pulau Katupat, yang jaganya sudah masuk bobok pula.
Coba ngecek tiap kamar kali aja udah dibukain, ternyata ga ada. Harus deh ngetok gangguing orang tidur. Hari sudah malem waktunya bobok juga. Good nigh fellas...
No comments:
Post a Comment