sumber: google.co.id |
Kota Poso, sepintas denger namanya serem pasti. Coba aja masukin 'keyword' ke search egine lalu tekan enter! Pasti yang keluar berita dan foto-foto yang sadis dan bengis. Yah siapa sih yang ga tau tragedi Poso yang ga diusut tuntas apa penyebabnya, tapi ya syudalah yah masyarakat Poso udah hidup damai lagi dengan Pola kemasyarakatan yang baru. Kota Poso, kota ajaib, ini asumsi saya yah. Kota kecil yang klo ga rusuh saya jamin pasti lebih maju dibanding daerah lain di Sulteng. Sebagai putra daerah yang sempat ngerasain masa-masa tentramnya Poso sebelum konflik, saat konflik dan pasca konflik kadang miris liat suasana Poso sekarang, terutama bidang lingkungan.
Masih seger banget diingatan ngeliat lumba-lumba main di depan kita yang lagi nongkrong diatas tanggul depan rumah. Maklum 'anak lawanga' ga ada yang ga akrab dengan laut, klo saya tinggal sekitar 10 meter dari laut, teman-teman ada yang rumahnya diatas laut. Kala itu emang ada rumah diatas laut tapi ga sebanyak dan sepadat skarang ini. Masih ada 'ruang publik' buat kami bocah-bocah yang hobinya ngelaut. Perenang-perenang tradisional yang belajar otodidak tiap sore atau minggu pagi, selalu ngasah kemampuan dengan bamudung atau nyelam tanpa alat snorkling, mancing atau main ban besar bareng-bareng ke tengah laut trus balapan renang balik ke darat.
Depan rumah ga ada penghalang, viewnya langsung laut. Lautnya masih dalam dan kadang-kadang berpasir halus. Klo mancing ga perlu jauh-jauh, untuk dapatin kerapu, kakap, baracuda, ikan kue ukuran stengah kilo masih gampang. Belum ada cabe-cabean jadi malem minggu ngumpul sama anak-anak dan mancing. Sesekali bisa ngeliat kawanan lumba-lumba main di depan rumah. Ga kaya skarang, depan rumah pemandangannya depan rumah orang yang ngotorin laut, makin padat makin rapat. Awal-awal balik dari rantau kaget juga ngeliat kondisi pemukiman kaya skarang.
Depan rumah ga ada penghalang, viewnya langsung laut. Lautnya masih dalam dan kadang-kadang berpasir halus. Klo mancing ga perlu jauh-jauh, untuk dapatin kerapu, kakap, baracuda, ikan kue ukuran stengah kilo masih gampang. Belum ada cabe-cabean jadi malem minggu ngumpul sama anak-anak dan mancing. Sesekali bisa ngeliat kawanan lumba-lumba main di depan rumah. Ga kaya skarang, depan rumah pemandangannya depan rumah orang yang ngotorin laut, makin padat makin rapat. Awal-awal balik dari rantau kaget juga ngeliat kondisi pemukiman kaya skarang.
Tempat sampah..??? bukan! |
Dari segi estetika jelas yah, bangunan semerawut dan serba gampang. Gampang buang sampah, gampang buang sisa makan, gampang buang hajat tinggal toel dikit blussssh ke laut deh semuanya. Klo ada yang bilang Venice aja pemukiman diatas air keren. Ya jangan disamain sama mereka, disana itu waktu orang kita belum tau pakaian mereka udah ga buang sampah sembarangan, perkembangan peradaban membawa efek domino pada perubahan mentalitas yang maju pula. Nah orang kita, pake mobil keren aja masih ngeluarin bungkus permen atau tisu dari jendela mobil.
Bangunan-bangunan semi permanen untuk usaha, selain ngurangi estetika, juga kesannya kaya tempat esek-esek, walaupun ada yang iya dan banyak yang engga. Penggunaan cahaya yang minim alias ramang-remang, lampu klap-klip dan hingar bingar musik full house jadi nilai plus nuansa negatif. Pantai penghibur Poso, gitulah suasananya skarang. Waktu masih bocah ga ada warung entah tempat karaoke enteh diskotik kaya skarang dan asik buat nyemplung. Asli yang gitu smua ngotorin laut....
Penataan Poso perlu belajar dari penataan Labuan Bajo, pintu masuk di pulau Flores. Saya salut deh sama Pemda Labuan Bajo, me
nata kotanya mensterilkan pemukiman disepanjang pantai sekitaran Pelabuhan. Pedagang boleh jualan tapi dengan tenda non-permanen jadi bongkar pasan saat mau dagang aja.
Sebenarnya sudah beberapa kali ada isu untuk relokasi pemukiman yang ada dipinggir pantai. Lebih dari sepuluh tahun lalu juga isunya udah ada. Salah satu alasan bapak temen ga jadi nerusin bangun rumah ya itu, akan ada relokasi pemukiman dan sampe skarang ga juga. Saya pernah ngobrol dengan pegawai PU juga wacana yang sama, katanya alasan ga jadi relokasi karena Pemda ga mau fifty fifty dengan Pemerintah Pusat maunya pembiayaan relokasi dan pembangunan sepenuhnya dari APBN gitu katanya.
Atas nama materi semuanya jadi apatis sama kondisi lingkungan. Atas nama cari uang hidupin anak istri bikin usaha bikin usaha di pinggiran pantai sih sah saja asal ga buang sampah, ga buang sisa makanan dan minuman ke laut. Sudah turun temurun budaya buang sampah ke laut ini terjadi, bayangin udah berapa banyak sampah yang mendam di dasar laut, yang hanyut ngikutin ombak, dimakan mamalia laut dan terdampar entah dimana. Laut itu anugrah Allah, yang banyak nikmat yang bisa manusia rasakan dari dalamnya. Laut tanpa manusia, mungkin akan lebih baik tapi bayangin manusia tanpa laut, apa yang akan terjadi. Ke laut seluruh sumber air mengalir, dari laut air menguap jadi hujan, di laut sumber protein terbesar yang dikonsumsi manusia, di laut manusia bisa bekerja, bisa bersenang-senang, bisa menjadi orang kaya dan bisa pula binasa.
Laut adalah wilayah perairan air asin yang macam-macam jenis ikan hidup di dalamnya. Habitatnya sumber protein yang dibutuhin manusia, sumber bahan baku garam konsumsi manusia, sumber mata pencarian pekerja wisata bahari. Laut yang bersih cermi orang-orang disekitarnya, laut bersih sama dengan menjaga biota laut. Karang hidup dengan baik, banyak ikan, banyak rezeki dari sana.
Karang di sekitar Pantai teluk Poso sudah mati, tapi anak-anak karang banyak yang mulai tumbuh. Karang sendiri yang sama pegiat olah raga bawah air snorkling atau diving dibilang 'coral' itu adalah hewan meski bentuknya kaya tumbuhan. Skali lagi karang itu hewan, yang hidup didalam polip rongga pada endapan batuan kapur trus isinya ribuan hewan-hewan karang. Kok bentuknya kaya batu, itu hasil metabolisme dari para grombolan hewan-hewan karang yang numpuk bertahun-tahun dan membatu. Hewan-hawan karang juga berisimbiosis dengan alga Zooxanthellae namanya, maka bisa berwarna macam-macam kaya pelangi. Warna-warni dan bentuk-bentuknya yang indah ini bikin orang berleha-leha snorkling liatin pemandangan citaan Tuhan dibawah air.
Karang sehat, ikan banyak. Karang itu tempatnya ikan bermain, rumahnya ikan juga. Karang sendiri makan hasil mangsaan yang ada disekitar pada malam hari, ikan-ikan juga makan plankton-plankton dan lumut yang ada disekitar karang. Ada juga ikan yang makanin karang-karang mati kaya ikan kaka tua, yang biasa nyemilin gituan. Karang juga jadi rumah ikan, kaya ikan badut atau ikan nemo alias clown fish yang sering ngumpet di anemon, jenis karang lunak. Biota lainpun kayak ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita butuh karang untuk berkembang biak, mereka kimpoy, mereka beranak pinak juga di karang. Ikan mahal kerapu atau kakap yang sering ngumpet di karang. Makanya jangan rusak karang sama jangan kotori laut kalo masi mau makan ikan sedap :p
Jangan salah karang juga sumber O2 alias oksigen di bumi yang dihirup biota-biota laut, bonusnya dilepasin ke udara untuk kita hirup. Prosesnya si alga Zooxanthellae yang bersimbiosis dengan hewan karang melakukan fotosintersis, sehingga menghasilkan oksigen. masih ingat fotosintesis kan? pelajaran SD dulu ;) . Si karang ga minta bayar ga minta dijagain ga minta diurusin. Manusia yang harusnya sadar udah dapat oksigen gratis masak sih masih ngotorin. Ibarat dapat makanan gratis dari tetangga, eh piringnya dipulangin masih kotor ga dicuci. Kan kampret banget...
Bukan cuma itu alasan untuk jaga laut dan karang. Karang ga seperti hewan lain yang mampu tumbuh cepat, karang hanya mampu tumbuh 1 cm perbulan, lambat banget. Udah gitu karang itu sangat rapuh, kesentuh dikit aja untung-untung ga copot semua, satu lagi karang sangat sensitif dan rentan dengan perubahan lingkungan. Arah arus laut atau ombak berubah juga bisa rusakin karang, tumpahan minyak atau limbah makanan yang berminyak pengaruh banget pada karang.
Bangunan-bangunan semi permanen untuk usaha, selain ngurangi estetika, juga kesannya kaya tempat esek-esek, walaupun ada yang iya dan banyak yang engga. Penggunaan cahaya yang minim alias ramang-remang, lampu klap-klip dan hingar bingar musik full house jadi nilai plus nuansa negatif. Pantai penghibur Poso, gitulah suasananya skarang. Waktu masih bocah ga ada warung entah tempat karaoke enteh diskotik kaya skarang dan asik buat nyemplung. Asli yang gitu smua ngotorin laut....
Penataan Poso perlu belajar dari penataan Labuan Bajo, pintu masuk di pulau Flores. Saya salut deh sama Pemda Labuan Bajo, me
nata kotanya mensterilkan pemukiman disepanjang pantai sekitaran Pelabuhan. Pedagang boleh jualan tapi dengan tenda non-permanen jadi bongkar pasan saat mau dagang aja.
Pantaipenghibur |
Atas nama materi semuanya jadi apatis sama kondisi lingkungan. Atas nama cari uang hidupin anak istri bikin usaha bikin usaha di pinggiran pantai sih sah saja asal ga buang sampah, ga buang sisa makanan dan minuman ke laut. Sudah turun temurun budaya buang sampah ke laut ini terjadi, bayangin udah berapa banyak sampah yang mendam di dasar laut, yang hanyut ngikutin ombak, dimakan mamalia laut dan terdampar entah dimana. Laut itu anugrah Allah, yang banyak nikmat yang bisa manusia rasakan dari dalamnya. Laut tanpa manusia, mungkin akan lebih baik tapi bayangin manusia tanpa laut, apa yang akan terjadi. Ke laut seluruh sumber air mengalir, dari laut air menguap jadi hujan, di laut sumber protein terbesar yang dikonsumsi manusia, di laut manusia bisa bekerja, bisa bersenang-senang, bisa menjadi orang kaya dan bisa pula binasa.
Laut bukan tempat sampah...!!! |
Laut adalah wilayah perairan air asin yang macam-macam jenis ikan hidup di dalamnya. Habitatnya sumber protein yang dibutuhin manusia, sumber bahan baku garam konsumsi manusia, sumber mata pencarian pekerja wisata bahari. Laut yang bersih cermi orang-orang disekitarnya, laut bersih sama dengan menjaga biota laut. Karang hidup dengan baik, banyak ikan, banyak rezeki dari sana.
Karang di sekitar Pantai teluk Poso sudah mati, tapi anak-anak karang banyak yang mulai tumbuh. Karang sendiri yang sama pegiat olah raga bawah air snorkling atau diving dibilang 'coral' itu adalah hewan meski bentuknya kaya tumbuhan. Skali lagi karang itu hewan, yang hidup didalam polip rongga pada endapan batuan kapur trus isinya ribuan hewan-hewan karang. Kok bentuknya kaya batu, itu hasil metabolisme dari para grombolan hewan-hewan karang yang numpuk bertahun-tahun dan membatu. Hewan-hawan karang juga berisimbiosis dengan alga Zooxanthellae namanya, maka bisa berwarna macam-macam kaya pelangi. Warna-warni dan bentuk-bentuknya yang indah ini bikin orang berleha-leha snorkling liatin pemandangan citaan Tuhan dibawah air.
Limbah kain dilaut... |
Jangan salah karang juga sumber O2 alias oksigen di bumi yang dihirup biota-biota laut, bonusnya dilepasin ke udara untuk kita hirup. Prosesnya si alga Zooxanthellae yang bersimbiosis dengan hewan karang melakukan fotosintersis, sehingga menghasilkan oksigen. masih ingat fotosintesis kan? pelajaran SD dulu ;) . Si karang ga minta bayar ga minta dijagain ga minta diurusin. Manusia yang harusnya sadar udah dapat oksigen gratis masak sih masih ngotorin. Ibarat dapat makanan gratis dari tetangga, eh piringnya dipulangin masih kotor ga dicuci. Kan kampret banget...
Laut bersih, manusia lebih bersih |
Yuk kita semua umat manusia dialam raya, khususnya anak Poso, masyarakat Poso, mari jaga laut, yang lagi nongkrong di pantai, yang lagi liburan dinner di floating resto pinggir laut, pokonya lagi ngapain aja di pinggir laut sakuin deh sampah kalian, tenteng dulu ke tempat sampah jangan terlalu tega untuk ninggalin atau sempetin buang ke laut. Laut bersih, Manusia bersih!
No comments:
Post a Comment