Wednesday, October 10, 2012

Langkah ke Barat Indonesiaku

Selamat Datang di Bintan

Tepat tanggal 15 september 2012 adalah hari dimana Saya meninggalkan Bandung, kota yang membesarkan dan memberikan pengalaman yang tak terhingga. Hari-hari terberat yang harus saya lewati sebelumnya keberangkatan. Kawan-kawan yang telah menjadi keluarga bertahun-tahun hampir setiap hari sebelum keberangkatan berdatangan meskipun mereka tak mengetahui saya akan segera meninggalkan Bandung, hanya sebuah kebetulan. Le sentiment de fraternité ..

Pulau Bintan adalah tujuanku kali ini, untuk mencari ilmu, pengalaman dan pundi-pundi rupiah. Sebuah Resort asing membutuhkan GO penutur bahasa Prancis tambahan untuk program rental Village GM Prancis selama 2 pekan. Termasuk hal yang tak terduga, karena saya tak menaruh ekspektasi lagi untuk pekerjaan yang saya lamar satu tahun silam. Namun, tak disangka HR manager Clubmed Indonesia menghubungi saya, dan member tawaran posisi reception di Pulau Dewata Bali, namun harus mengikuti program rental Village di Pulau Bintan yang dianggap sebagai sesi training.

Setelah bolak-balik Jakarta-Bandung untuk interview dan persiapan, tepat tanggal 16 September keberangkatan ke Pulau Bintan dengan rute: Jakarta-Batam, Batam-Tanjung Lagoi, Tanjung Lagoi-Tanjung Uban. Saya tak berangkat sendiri, karena bersama saya ada beberapa rekan kerja yang kelak adalah team work saya pada divisi bisnis center bagian excursion.  Akbar bagian Parc aux elephant, Galuh pada bagian Singapore excursion, Mbak Atik adalah Manager kami. Saya adalah benar-benar pendatang baru, untuk ketiga rekan saya lainnya adalah GO yang sudah pernah bergabung dengan Clubmed Bintan, Clubmed Bali dan Village lainnya di luar negeri.
Lobby Resort
Resort Building
Half Main building, half GM blok

Kami tiba sekitar pukul 20.00 wib di Clubmed Bintan resort. Penyambutan dilakukan oleh crew reception dilanjutkan dengan perkenalan dengan rekan-rekan baru, lalu dinner yang sedang dilaksanakan di seputaran kelolam renang yang sangat cantik dengan cahaya lighting berpadu dengan pantulan cahaya dari kolam renang. Namun karena kami baru saja tiba dan belum menyesuaikan dengan dress code malam itu, maka kami dipersilahkan dinner direstoran yang terletak di lantai tiga main bulding tepat didepan kolam renang. Jujur saya seperti anak hilang malam itu, yang tak tau apa yang harus dilakukan dan terpisah dengan rekan-rekan yang sudah berada direstoran. Beruntung, ada GO lain yang menyadari perangai saya dan menunjukkan tempat yang harus saya tuju.

Selepas dinner, kami menuju kamar yang terletak di blok Quercus 1156, namun harus kembali lagi ke meeting room di Gestion untuk meeting bersama Hotel Service Manager, HR Manager dan Excursion Manager sendiri, pembagian T-shirt seragam untuk program rental village, name tag, serta pengarahan untuk excursion program. Setelah meeting kami kembali ke kamar yang sebenarnya adalah kamar untuk para tamu atau GM, yang merupakan blok terjauh. Fasilitas kamar yang ada sangat lengkap layaknya Hotel *5. Anak kampung yang lama hidup di kamar kost-kostan seperti saya merupakan sesuatu yang wah bisa tinggal disitu pemirsa...
Room sweet room


Sebagai gambaran pekerjaan yang saya dan kawan-kawan lakukan di mulai dari pukul 08.00-12.30, 16.30-20.00 pada hari pertama adalah registrasi 3 program Excursion, namun tak sekedar pendaftaran, adapula pembatalan, dan pergantian waktu program. Lalu hari kedua, kami siap membuka kantor pada pukul 07.45, hanya 15 menit setelah bukanya restoran untuk sarapan pagi. Kami harus mempersiapkan pengecekan kehadiran peserta, mengarhakan mereka, melepas untuk keberangkatan setiap program. Keberangkatan setiap program: 08.00 Keberangkatan pertama Excursion Singapore, Parc aux Elephants, Tanjung Uban dan Mangrove. Pukul 09.00 untuk keberangkatan kedua Parc aux Elephants, Tanjung Uban dan Mangrove, Pukul 10.00 untuk keberangkatan ketiga Parc aux Elephants, Tanjung Uban dan Mangrove, Pukul 14.00 untuk keberangkatan keempat Parc aux Elephants, Tanjung Uban dan Mangrove, Pukul 16.00 untuk keberangkatan kedua Parc aux Elephants. Pada Pukul 14.00 saya harus bergantian posisi dengan Akbar untuk memandu di Parc aux Elephants hingga pukul 18.00. Namun tanpa menyampingkan pekerjaan sebelumnya, proses registrasi dan konfirmasi keikutsertaan program terus berjalan. Yang paling teringat oleh saya adalah orang-orang peranakan Cina, Vietnam, Ajazair kewarganegaraan Prancis yang benar-benar  membuat menghelai napas, karena nama mereka setidaknya kurang lebih tiga kali dipindahkan, dibatalkan dan ditulis kembali. Sabar !


Keesokan harinya tanggal 17 September 2012 pukul 18.00 wib adalah arrival pertama para GM, sejak pagi hari kami telah mempersiapakan formulir-formulir, brosur, paflet, daftar pesertadan berbagai tetek-bengek yang akan diperlukan, karena “Bureau d’Inscription” untuk excursion dibuka pada pukul 20.00 wib hingga pukul 22.00 wib. Adaptasi super cepat dibutuhkan apalagi sebagai new boy yang masih diremehkan untuk menujukan kapabilitas, dan hari pertama semua berjalan aman sesuai rencana. Awalnya serba kaku, cukup lama saya tidak mempraktekkan bahasa Prancis dan notabenya klien yang saya harus hadapi adalah penutur asli bahasa Prancis yang terkenal mayoritas mereka tak bias berbahasa Inggris. Untuk sebuah sekedar menjelaskan program secara singkat masih bisa saya lakukan, namun ketika complain dari para klien yang telah melakukan resevasi namun tidak terdapat didalam daftar peserta menguras emosi, apalagi untuk kalangan turunan Aljazair, Maroko, yang gaya bicaranya ga bisa nyantai selalu pake otot.


Stay on the table
No guest comes
None here
Peserta tour pertama
GM Menunggu giliran tour
Salah satu view dari sumber uang Om Liem
"Gajah naik gajah"
Pada saat penutupan kantor pada pukul 20.00 kami harus merekap peserta, mempersiapkan kertas-kertas kecil yang agak not save the earth. Yah, klo selesai tidur klo ga lanjut atau take nap mencicil kantuk yang tak tertahankan, apalagi untuk Singapore Excursion yang membuat kami harus mengisi form VoA untuk Mesdames et Monsieurs. Untuk program yang saya tangani yaitu tanjung Uban Excursion, alhamdulillah saya tidak harus ikut serta untuk menjadi guide karena ada guide lokal walaupun tetap membutuhkan French speaker yang menerjemahkan guiding. Saya belum kompeten, status mantan french guide saya tidak ketahuan.

Emang sih, ga berat-berat bangat kalo cuma sekedar dipikir-pikir, makanya kalo mau lakuin. haha. Aktifitas sampai pukul 16.00. Nah selanjutnya, untuk  yang menjaga di kantor atau bureau d'Inscription,
tutup pada pukul 12.30, buka kembali pukul 16.00. Ketika kembali membuka bureau sudah mengenakan dresscode malam hari, jadi termasuk orang-orang yang berdandan lebih awal, resikonya klo saltum balik lagi ganti sambil lari-lari karena mempet waktu. Bagi yang melakukan Excursion dipersilahkan kembali oleh Ibu manager untuk mandi, de el el sampai jam 20.00, yah tidur 1 jam, nonton tv, online, atau ngelamun lumayan. Jam 20.00 kembali ke bureau mempersiapkan untuk excursion besok hari sambil menunggu makan malam. Beruntung kalo ga ada masalah, artinya ga perlu melewatkan makan malam bersama GM. 


'Pool side Dinner' yang digagalkan badai
Ada yang menarik dengan makan malam dan makan siang disini. Yaitu ketika masuk ke restoran, kita akan disambut oleh para Chef, GE (Gentil Employée) 'karyawan lokal' lalu menyuruh kita menunggu sambil bergabung dalam barisan mereka. Tapi segera akan datang GE yang akan mengantar ke meja yang telah terisi oleh GM (tamu). Jika sendiri dan bisa berbicara bahasa prancis maka tanpa menunggu lama kita langung bergabung dengan para GM, nah bagi yang bukan GO berbahasa prancis, maka harus menunggu GO yang berbahasa prancis. Ketika menghampiri meja GE menyapa GM "Excuse me" lalu yang saya alami, Saya yang akan membuka pembicaraan. "Est-ce-que c'est possible je prends le déjeuner/ dîner avec vous?" GM membalas "Ah, bien sur, s'il te plaît". Lalu GE akan menarik kursi, memindahkan tissu didalam gelas. Saya membalas "Bon, merci Madame et Monsieur. Je prends le repas d'abord". Yah itu tandanya saya akan segera makan. Tapi jangan sangka semua berjalan mulus tanpa penolakan. Kalau mereka tidak ingin ada orang diluar mereka bergabung yah apa boleh buat "Pardon, pas possible". Namun tetap harus dibalas "Bon merci". Artinya anda kurang beruntung.

Jika datang lebih awal, bukan mengambil makan lebih banyak, tapi akan lebih leluasa memilih meja untuk bergabung, syukur-syukur ada GM cewek muda, yang sedang makan sendirian atau berdua dan kedua-duanya cewek, nah kan bisa request, dari pada gabung sama nenek-kakek yang maaf, lebih susah nangkap kata-katanya :) . Ketika kembali membawa makanan, bergabung kembali jangan lupa memperkenalakan diri "Je m'appelle Mahris, je travail au bureau d'excursion" lalu tanya nama para GM "Comment vous appelez vous?". Dari situ obrolan akan terbuka, tentang daerah asal mereka, keluarga mereka, pekerjaan mereka syukur-syukur tanpa banyak tanya mereka akan nyerocos. Yah, akan mempersingkat waktu dan konsen makan baik makanan utama termasuk dessert dan appertiser-nya Kan saving time juga. Bahkan disitulah awal keakraban dimulai, hingga seterusnya mereka akan selalu mengajak kita untuk sekedar berbincang-bincang diwaktu senggang atau sambil minum bersama dimalam hari, dan benar-benar berkawan. At least, kerja disana adalah ajang perbaikan gizi saya untuk menambal pipi yang agak kempot dulu. Dengan mengikuti porsi makan tamu dan kawan-kawan GO yang bisa dibilang porsi kuli. hahahaha.


Begitulah kira-kira rutinitas saya dan kawan-kawan sedivisi selama dua pekan tanpa libur dan rolling seperti divisi lain. Maka di hari 'off' disaat orang-orang bangun telat dan memanfaat kan waktu untuk tidur, maka sebagai 'beach hunter' saya tetap bangun lebih awal dan segera menuju pantai yang tak ada seorangpun disana. Dengan begitu saya bisa 'killing time' untuk bermain dipantai dengan pasir putih seperti terigu, air laut yang tenang, benar-benar pantai eksotis khas Indonesia, yang sayang menghasilkan uang untuk menggaji si empunya negeri, lalu sisanya dikirim ke negeri mereka. Mungkin orang-orang yang masih punya rasa nasionalisme dan patriotisme lah yang akan merasakan perasaan itu. Satu hal, kita punya otot, mereka punya otak, tak seperti pemimpin negeri kita yang tak berotak. Eitss, mulai serius ni!
Clubmad Resort Coast

One of water sport activity
Tempat pewe untuk merenung
Stones in the righ side Clubmad beach
Quelle belle plage
Yah Pulau Bintan memang tidak terlalu familiar bagi pelancong-pelancong lokal, tapi tidak di Negeri tetangga Singapura dan Malaysia, Jepang, China, Thailand, Filipina, dll. Karena mayoritas tamu yang datang adalah wisatawan dari negeri tetangga pula, namun wisatawan dari benua biru juga tak kalah jumlahnya, rata-rata mereka meneruskan perjalanan mereka dari Singapura ke Pulau Bintan, karena jarak tempuh menuju menggunakan fery Singapura-Bintan relatif singkat, hanya kuranag lebih satu jam dan penyeberangan dimulai dari pukul 09.00-18.00 dengan keberangkatan setiap jam. Dan yang lebih penting adalah pemasaran untuk pariwisata pulau Bintan dilakukan di Singapura, kalau tidak salah konsursium atau investor dengan bendera Ria Bintan yang menaungi wilayah resort-resort milik negeri Singa. Jangan heran tempat wisata nan jauh dari ibu kota itu dapat menarik wisatawan.

Klenteng Tanjung Uban


Pantai Trikora
Karakter dari pulau Bintan sendiri adalah Pulau terbesar di Provinsi Kepulauan Riau dengan luar wilayah 1.140 km, dengan panajang garis pantai sekitar 105 km. Dengan kondisi alam yang masih sangat alami, hutan yang masih sangat lebat membuat wisatawan asing menyebut bintan sebagai 'the unique paradise'. Kehidupan masyarakat yang sederhana, pantai-pantai yang indah, orang-orang yang ramah, meninggalkan kesan tersendiri bagi pengunjungnya. Inilah pengalaman yang saya rasakan, ketika berkenalan dengan orang-orang lokal saat bekerja. Yang paling berkesan adalah para- pawang-pawang gajah yang sangat ramah, menjunjung tinggi kebersamaan kerja. Mayoritas mereka adalah para perantau dari pulau Jawa juga membuat saya tak merasa canggung, rokok dinikmati bersama, apalagi sharing kopi segelas bersama yang tak bisa saya lupakan, karena hal itu saya lakukan bersama saudara-saudara saya ketika masih di Bandung. Daerah-daerahnya yang menjadi tujuan wisatawan adalah Tanjung Pinang, Kijang, Kawal, Trikora Beach, Senggarang, Tanjung Uban dan Lagoi/Bintan Resort. Di Tanjung Pinang, kita bisa menemukan perkampungan atau daerah-daerah pemukiman padat bersusun, tampak seperti di Rio de Jenero Brazil. Namun ga semerawut seperti di kota-kota besar di Pulau Jawa. Lalu adapula tempat nongkrong para kaula muda Tanjung Pinang yang cukup membuat macet lalu lintas. Di pinggir pantai dengan settingan kursi-kursi dijajarkan searah seperti didalam kelas menghadap big screen 'layar tancap' dengan background laut, Sumpah romantis pisan... 

Pulau Bintan memiliki dua Pemerintahan, Pemerintah Kota Tanjung Pinang yang terletak di Senggarang dan Tanjung Pinang, sedang Pemerintah Kabupaten Bintan terletak di Bandar Seri Bintan yang didiami oleh sekitar 200.000 penduduk yang mayoritas adalah etnis melayu, lalu ada pula Batak, Minang, China, Bugis, dll. Dis pulau Bintan jangan kaget jika berbelanja menemukan orang yang membaya dengan SGD, yah karena disana menerima valuta asing itu secara jaraknya cuma sejam atau anda menemukan masayarakat yang berbincang dengan bahasa Mandarin, karena itu sangat lazim disana. Nah, utuk aktifitas-aktifitas liburan bagi traveler bisai camping, flyingfox, snorkling, diving, wisata klenteng di Pulau Senggarang yang sudah berusia satusan tahun, Pulau Penyengat tempat sastra melayu kuno berasal, goa maria, wisata urban kampung nelayan tanjung Uban, wisata Mangrov dan wisata Kampug Sebung.


Macetnya Tanjung Pinang
Rumah Jabatan
Di Bintan juga ada yang disebut dengan 'Rumah Apung' atau orang lokal menyebut "Kelong". Secara struktur Kelong dibangun diatas dua buah perahu seukuran dan diletakkan sejajar namun tidak rapat tapi diberi jarak beberapa meter yang dihubungkan dengan kayu. Perahu ini tidak membutukan pemberat dikanan kirinya, nah pada bagian tengah inilah dibikin semacam kamar seperti tenda yang depan belakang bisa tembus. Rumah di kelong ini bisa menampung sekitar 5-10 orang nelayan yang melaut, dan tak jaarang para nelayan membawa TV, radio, DVD player sebagai hiburan sambil menunggu jaring diangkat, Kalau ingin pacaran mungkin tempatnya bagus juga,duduk bersama pacar sambil melihat bintang :) .  Pada bagian bagah kelong diletakkan jaring berukuran persegi untuk menangkap ikan.

Cara mengoperasikan kelong yaitu kelong diletakkan di tempat yang sudah diketahui oleh para nelayan kwantitas ikannya. Di keempat sudut-sudut kelong dipasang penerang berupa lampu petromax, sehingga pada malam hari menarik ikan-ikan untuk datang. Lalu setelah menarik kedatangan ikan-ikan hingga setengah malam, maka waktunya untuk mengangkat jaring. Bisa dibayangkan berapa banyak ikan yang didapat dengan jaring berukuran sekitar 10x15 m, biasanya jenis ikan yang ditangkap adalah ikan teri yang kecil itu loh. Menurut cerita nelayan bisa mendapatkan 5-6 juta sekali melaut. Sedangkan biaya pembuatan kelong itu mencapai harga mobil second sekitar 60 jutaan.

L'arc en ciel a la Plage Trikora
With my team at Trikora Beach
Kawasan bisnis T.Pinang
Rio de Jenero-nya T.Pinang
Jangan khawatir traveler karena Bintan masih ramah buat kita. Masih ada penginapan-penginapan murah yang bisa kita singgahi. Kita bisa mengambil posisi disekitar pantai Trikora yang khas akan nuansa wisata pantai murah, warung-warung di sekitar pantai yang menjual makanan ringan, atau makanan berat khas pantai (seafood), serta penginapan-penginapan murah. Yang jadi kendala adalah transportasi, untuk menjangkau daerah lain seperti Trikora, Sanggaran, Tanjung Uban dan Lagoi mungkin kita harus mengunakan jasa sewa motor atau mobil, karena tidak ada transportasi umum, namun. Jika berada disekitaran Tanjung Pinang tak usah khawatir, daerah ini tercover oleh angkutan umum (angkot)

Untuk wisata kuliner di Pulau Bintan sangat beragam, dari olahan ikan-ikanan, ayam-ayaman, buah, udang-udangan, daging dan lainnya bisa memanjakan lidah para pecinta kuliner. Ada sebuah rumah makan seafood disekitar daerah Sebung, saya lupa nama RMnya. Sebagai gambaran rumah makan itu bukan berada ditempat yang tampak seperti jembatan, tapi sebelum jembatan untuk menuju daerah Simpang Uban, letaknya disebelah kiri jalan. Disitu ada menu udang keju dan dicampur dengan bumbu-bumbu serta daun jeruk, sumpah pengen lagi kesana kalau ingat itu, "mak nyuss" kata Pak Bondan.

RM. Sup Ceker

Ada pula, rumah makan yang terletak di Tanjung Uban Km 50. Rumah makan itu menual mie ayam, bakso, mie yamin, dan menu andalannya adalah sup ceker (kaki) ayam. Inilah yang membuat ramai rumah makan ini, dengan porsi satu mangkok Rp10.000,00 anda akan terkesan dengan cita rasa sup ceker. Waktu itu saya dan rekan-rekan kerja ditraktir oleh Bang Gazzo Manager yang berasal dari Singapura, RM itu tempat favoritnya dan katanya 5 tahun kebelakan rumah makan ini cuma berupa warung kecil yang menyatu dengan rumah pemiliknya yang tempatnya berbelakangan langsung sama kebon atau hutan mungkin.

Suatu pengalaman berharga bisa berkunjung dan bekerja di Pulau Bintan, suatu saat saya akan kembali ke sana.  Pengalaman kerja, kawan-kawan baru yang saya kenal menjadi catatan dalam sejarah hidup saya, indahnya Indonesia tak bisa diukur dengan uang, adakalanya ber-uang namun tak memiliki waktu, memiliki waktu namun tak memiliki uang. Beruntunglah orang-orang yang masih berkesempatan untuk menjelajah indahnya Indonesia. Selamat berpetualang, 'have nice trip', 'bon voyage kawan-kawan traveler!

Indonesia.Travel - http://goo.gl/pTZiA0

1 comment:

  1. Pelanginya kereeen !

    kl dari tulisan mnurut saya msh terlalu complex n kurang spesifik hehe. *saya jg masih belajar sih .. piiss :p

    ReplyDelete