Thursday, September 11, 2014

Pantai Ga Ada Laut

100 % sands of the beach
Teman ane dari Jerman dalam perjalanan 3 months traveling ngubek-ngubek Asia-Australia. Sulawesi dipilih sebagai ending, sebelum terbang ke Singapura. Ngambil rute sesuai dengan yang ane saranin: Manado - Gorontalo -Togean - Ampana - Poso - Tana Toraja - Makassar.  Malam itu berenti tepat di depan rumah, naik Touna Travel jurusan Ampana - Poso tepat jam 10.00 WITA  malam setelah nunggu sekitar 3 jam. Doi namanya Anjuli, kedengeran rada-rada India tapi Juli nih bener asli Deutschland Mädchen.

Ceritanya malam tuh ane welcoming sebagai tuan rumah yang bae, yah adalah welcome drink ma cemilan. Untuk lunch dah abis secara udah jam 10.00 lebih. Kalo mo makan bisa cari diluar silahkan pake motor ane, tapi ternyata si Juli udah ngantuk. Doi cuma skedar nanya tentang Poso dan sekitarnya sama what must to do dua malam di Poso. Dikit-dikit ane ceritain Tentang Poso yang dikenal dengan Kerusuhan yang berkepanjangan bisa jadi itu bagian dari kebanggaan. Sejarah singkat Poso, sosiologi, antropologi, kuliner, ampe nemmuin titik terang destinasi besok pagi yaitu Salopa dan Siuri.

Saturday, March 8, 2014

Segarnya Air Salopa

Tingkat 12
Tepat satu minggu lalu, setelah bangun pagi dan sarapan Saya iseng-iseng sengaja membuka kembali folder foto ketika ke Flores pertengahan lalu. Klikan mouse mengikuti arah kursor membawa saya kembali ke fantasi Cunca Rami dan Cunca Lolos, di siang hari yang terik loncat, nyebur ke aliran air terjun. Wah bbrrrr.. pasti seger, dalam pikiran Saya makin terangkai imagina visi seperti hayalan anak-anak yang liar tapi nyata. Semakin lama membawa saya dalam tour virtual singkat dalam album itu makin ga bisa ditahan, kayanya harus jalan cari air terjun nih.

Air Terjun Salopa di desa Wera, Kecamatan Pamona Pusalemba, Kabupaten Poso, tujuan yang paling akrab di telinga saya selama ini namun lebih dari sepuluh dekade belum pernah sekalipun saya kunjungi ;), maklum anak rantau. Air Terjun Salopa berada di Kota Wisata Tentena katanya, sekitar empat belas kilo meter dari pusat kota kecamatan Pamona Pusalemba, atau dua jam perjalan menggunakan kendaraan bermotor dari Kota Poso. Air terjun di tanah kelahiran saya ini meluncur daras dari bukit masih dipenuhi pohon-pohon hutan tropis Sulawesi yang berketinggian 25 meter.  Terjangan air dari tinggakat paling tinggi, tingkat 12 mengalir hingga bermuara pada sungai kecil yang membelah desa di bawah bukit.

Sunday, February 9, 2014

Melihat Poso dari bawah laut


Pantai Imbo 'Tegalrejo'
Pantai Imbo, dulunya orang lebih sering bilang pantai Tegalrejo karena berada di kelurahan Tegalrejo atau orang-orang Poso lebih familiar dengan Tegalrejo pante. Nama pantai itu berasal dari nama seorang supir angkutan umum korban penembakan di tegalrejo Pante satu dekade silam. Seandainya Pak Imbo masih hidup mungkin dia punya kans untuk jadi bupati Poso atau Caleg DPRD dengan popularitas namanya itu. Dalu ga banyak masyarakat Poso yang memanfaatkan Pantai Imbo sebagai tempat rekreasi, karena kalah pamor dengan Pantai Toini, Pantai Madale & Pantai Matako. Namun seiring dengan lenyapnya tiga pantai lainnya sebagai pantai wisata, Pantai Imbo di kelurahan Tegalrejo lah menjadi satu-satunya tempat rekreasi murah-meriah dan relatif bagus bagi masyarakat Poso.

Sunday, January 12, 2014

Merah Muda Erotis


Pink Beach
Tak ada yang pernah tau, ketika dulu seorang sahabat yang akrab saya panggi Kotek menceritakan pengalaman kecilnya berkunjung ke Labuan Bajo, Flores bersama ayahnya yang bekerja di Freeport. Jatah tiket pesawat untuk liburan membawa mereka ke sana. Ia menceritakan jernihnya air disana dan keindahan daerah tersebut. Saya yang antusias mendengar cerita itu, tidak mengutarakan keinginan, hanya mengucapkan niat tegas dalam hati, "Saya harus ke Flores, Labuan Bajo dan Pulau Komodo. Bagaimanapun caranya dan kapanpun itu". My dream comes true, saya tidak pernah memadamkan mimpi dan cita-cita saya seingat saya kala itu masih tahun-tahun awal kuliah. Mimpi itu sepele ya, bermimpilah mumpung masih gratis sebelum para kapitalis menjadikan mimpi sebagai komoditi berbayar. Dan jangan matikan mimpi, berimajinasilah dengan mimpi-mimpi itu seperti kita kecil dulu, yang namanya rezeki itu sudah ada yang ngatur dengan jalan yang tak terduga-duga atau berdarah-darah mungkin pula dengan ketimpuk. Keep dream and fight for that!

Wednesday, January 8, 2014

T.N. Komodo, Pamungkas di Barat Flores

 
Si kadal raksasa Indonesia

Perjalanan dari ujung barat akhirnya kembali ke ujung barat lagi dalam dua bulan. Ratusan desa sudah dikunjungi, dengan ratusanan orang saling berkenalan, tak terhitung berapa orang sudah ditanya ke mana arah desa ini itu. Lalu kembali lagi ke arah barat dengan keinginan yang telah terucapkan, jika balik lagi ke Labuan Bajo harus ke Komodo, Rinca, Pantai Pink, dan tempat lain di wilayah TNK. Menyisihkan sebagian dari gaji mingguan, penginapan turun level dari penginapan bagus, baik, layak hingga masuk kost-kostan dengan kamar mandi dipemandian umum bersama masyarakat sekitar demi destinasi se-kece TNK.

Dua hari bertugas sebagai 'menteri urusan luar angkasa' istilah yang kami pakai untuk jangkauan kerja di daerah tejauh, berangkat pagi dan pulang paling sore bahkan malam. Untuk menteri urusan luar negeri yah, berangkat pagi dan pulang paling lambat pukul lima sore. Perjalanan dinas yang terakhir saya lakukan menyisir jalur Labuan Bajo - Lembor. Pagi hari itu pula masa sewa tiga hari penginapan layak milik warga Sulawesi Selatan, kamar berdinding triplex, dua kasur untuk empat orang, tidur siang hari dijamin sangat panas ;) . Untuk tiga hari terakhir di Flores, wajib hukumnya mencari low budget setidaknya untuk sekedar menyimpan logistik, karena kami akan berada di kapal selama dua hari. Berdasarkan informasi dan petunjuk akhirnya sebuah kost-kostan tak jauh dari Kantor Bupati jadi pilihan, kamar relatif besar, ada dapur, ada kamar mandi, istilah mahasiswa 'kamar mandi dalam' namun keyataannya untuk mandi kami ahrus melakukan diluar kamar.