Tuesday, October 29, 2013

Pesona City Tour Ruteng


Ruteng (Baca: Ruténg) adalah ibu kota Kabupaten Manggarai, di jalur traveling lintas Flores, mencari aman dengan mengambil jalur tengah tidak melewati jalur lintas pantai timur tidak pula lintas pantai utara. Kota ini menjadi ibu kota kabupaten kedua yang kami lintasi dari ujung barat Flores.  Kontur Kabupaten Manggarai layaknya Ruteng merupakan dataran tinggi, sangat cocok untuk pasutri yang ingin melaksanakan ‘honeymoon’. Ruteng banyak menyimpan keindahan, bagaikan berada di belahan ‘payu dara’ karena diapit oleh dua gunung yaitu gunung Curunumbeng dan gunung Munde. Kalau traveler pria normal pasti sejutu bilang indah ;)
Daratan Flores memang tak bisa dipungkiri memiliki nama yang harum di negeri jauh, tak ayal Ruteng merupakan salah satu tujuan mereka. Sebut saja objek-objek seperti: wisata alam Golo Lusang, pasar tradisional yang menawarkan produk-produk khas Manggarai, kampung Ruteng Pu,u, Mbaru Wunut, danau Ramamesa, Liang Bua tempat ditemukannya Homo Floresiensis, sawah lodok (sawah dengan bentuk jaring laba-laba) yang terdapat di sekitar daerah Cancar dan pemandangan sawah yang ada disekitar kota Ruteng. Objek-objek wisata tersebut adalah bagian dari City Tour di Ruteng karena letaknya yang tak jauh dari Ruteng, rata-rata berjarak 30 menit hingga 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.




Cancar, seperti gambar di atas yang namanya  sawah lodok atau orang England atau New Jersey bilang ‘Spider web’ adalah salah satu destinasi favorit wisman. Anehnya objek ini milik desa lain, namun untuk menikmatinya harus dari desa lain pula yang memiliki bukit sebagai ‘view point’. Tapi tak ada system pembagian royalty dari siapa yang punya namun siapa yang menikmati, karena orang-orang flores mengutamakan persaudaraan. Sebelum menikmati pemandangan ini, kita harus sedikit mengikuti pepatah ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’. Tracking singkat dan menanjak, umumnya membutuhkan waktu sekitar 30 menit namun Saya dan Bylland ketika, itu hanya 8 menit & 5 menit turun (nyombong dikit). Baru setelah itu kita bisa menyaksikan hamparan sawah berbentuk jaring laba-laba. (mudah-mudahan anda ke sana tidak musim panen)

Keadaan Kota Ruteng cukup asri, udaranya yang sejuk, sarana untuk pejalan kaki yang tersedia, wwalaupun pengguna kendaraan yang kadang-kadang ugal, namun tidak mengurangi minat pengunjung untuk berkeliling kota. Suasana sore dan pagi kota yang dijadikan check point para traveler ini bisa dinikmati dengan berkeliling menuju alun-alun atau jika ingin berbelanja oleh-oleh kita bisa mampir ke pasar tradisional yang menjual aksesoris seperti gelang, syal tenun, kain tenun, topi kopeah khas Manggarai, bagi yang ingin membawa oleh-oleh kopi bisa di temukan kopi Flores biji atau bubuk di pasar ini. Disekitar pasar, banyak pula penjajah jajanan dan makanan tradisional yang bisa dinikmati.



Gambar diatas adalah salah satu budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Manggarai, yaitu Tarian Caci, tarian ini seprti tarian perang penari menggunakan pakaian tenun yang khusus digunakan untuk tarian Caci, lalu dilengkapi dengan semacam cambuk dan penangkis yang terbuat dari kayu. Beruntung sekali jika bisa menyaksikan seremonial adat yang menampilkan tarian Caci. Pria diatas ini hanya took masyarakat yang juga penari Caci yang secara dadakan berdandan karena permintaan berfoto dari kawan kami.

Perjalan kerja di Manggarai sebagai pemegang kunci Yamaha Smash si gesit irit, Saya berduet dengan elcapitano Bylland, seperti sebelumnya. Kami juga menemukan keindahan lain yaitu di daerah Kecamatan Cibal & Cibal Barat. Perjalanan layakna jalan lintas Manggarai lainya yang berkelok-kelok naik turun dan pastinya berhawa dingin. Makanya kami mendapat bonus, berpapasan denga wanita-wanita cantik Manggarai ketika melintas daerah Cibal ini. Mungkin daerah dingin ini membuat beberapa wanita yang kami temua tampak seperti wanita-wanita latino, rambut keriting, bersih kulitnya, manis wajahnya ;). Daerah Cibal juga memiliki potensi hasil bumi seperti kemiri, cengkeh, apalagi kopi, kopi luak disini tidak ada harganya hanya dicampur dengan biji-biji kopi lainya, karena mayarakat lebih suka mengkonsumsi daging luwak untuk disate. 




Sisi sosial sedikit kami garap dengan memberikan informasi tentang kopi luwak itu kepada mereka, lalu tidak lupa meninggalkan no.kontak untuk bisa saling komunikasi. Siapa tau suatu saat saya banting stir menjadi Bandar kopi luwak ;). Entah berapa ketinggian wilayah Cibal Barat ini, tak terlalu pekat kabut yang menyelimuti ketika kami melintas, saat itu pula hujan baru saja reda. Kami terperanjak menemukan bukit-bukit labil yang ditumbuhi oleh bunga keabadian Edelweiss si never ending wilted tumbuh liar begitu saja berdampingan dengan masyarakat yang menjunjung kearifan hidup selaras bersama alam.


Kami sangat kagum dengan masyarakat yang membiarkan tumbuhan yang biasa jadi sasaran pendaki-pendaki jahil yang sengaja memetik untuk sekedar gaya-gayaan, tumbuh liar tanpa menggangu atau memindahkan menjadi tanaman hias dirumah mereka. Mungkin dari segi pengetahuan mereka tidak tau, mudah-mudahan saja dengan alasan ini tetap berlangsung agar si never ending wilted ini tumbuh abadi memperindah tanah Cibal yang sejuk.




Jika berkunjung ke Ruteng jangan lupa berkeliling di Cibal, dengan bertanya kepada masyarakat anda akan mendapatkan informasi dengan mudah, saksikan pemandangan bukit-bukit dengan bentangan hutan yang lebat, jangan lewatkan juga pergantian waktu siang dan malam, melihat sunset lalu mengabadikannya sebagai oleh-oleh perjalanan dari Ruteng. Potensi wisata Ruteng lainnya adalah Taman Wisata Alam Ruteng, gugusan pegunungan dengan kondisi vegetasi hutan hujan yang alami dan padat. Jalur melewati gunung Poco Mandosawu, Poco Ranaka, si junior Anak Ranaka, tak luput pula Danau Rana Mese. Kala itu kami mengambil arah menuju Reo, mengambil arah ke utara. Kami tak bisa menghitung berapa jarak yang sudah ditempuh, hanya bisa menghitung daretan lapisan gunung yang kami lewati. Tampak seperti tidak akan menemukan perkampungan, namaun ternyata di lembahan banyak sekali perkampungan, bahkan kecamatan yang terbalut oleh lebatnya hutan hujan Ruteng. Mungkin jika tidak salah dari pusat kota bisa mengambil arah menuju Katedral, lalu mengikuti jalan lurus menanjak dan akan berkelok-kelok. Dalam perjalanan mencari keindahan kita akan disungguhi keindahan yang tak akan habis. Supeh deh!



Ketika di Ruteng kami menginap di penginapan yang cukup cozy suasananya hotel Rima, sesuai kantong sebagai surveyor, satu kamar terdiri dari empat ranjang sehingga kami bisa share ongkos delapan orang untuk dua kamar yang kami gunakan. Disitu juga tersedia warnet, untuk yang ingin mengases internet, pelayanannya pun sangat baik. Yang punya juga cantik kok, sudah beranak dua tapi masih tetap ijo bro ;) . Penginapan ini menyediakan beberapa ruang untuk bersantai berbincang-bincang baik didepan kamar atau diteras. Kita bisa bergabung dengan pelancong-pelancong lainnya untuk berbagi pengalaman baik pelancong lokal maupun manca Negara. Jika penggemar lokal wine anda bisa order segelas, jika tidak cukup silahkan minta diantar untuk beli ukuran liter.

Setiap hari kami selalu berbincang-bincang santai dengan tamu-tamu hotel yang datang ada yang berasal dari Jakarta, Jerman, Belanda, Amerika, dll. Berbagi informasi perjalanan, pengalaman perjalanan hingga pengalaman kehidupan pribadi ditempat asal masing-masing. Brandon, mahasiswa asal Kanadi misalnya, dia tak sungkan berbagi informasi mengenai aktifitas climbing-nya. Beberapa dari tim kami juga menggeluti olah raga tersebut hingga menceptakan suasana yang hangat. Adapula Bakiye, Mahasiswi muslim warga Negara Belanda keturunan Turki, yang menceritakan kenekatannya sebagai solo traveler ke Indonesia karena penasaran dengan keindahan Indonesia. 

Ruteng memberikan pengalaman baru bagi kami, beruntung bisa berkesempatan berkunjung, bekerja dan traveling di Ruteng. Kalau mengambil kata-katanya Yovita Ayu: “Kita kaya saat memiliki sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang”. Pengalaman di Ruteng adalah pengalaman yang tidak bisa dibeli dengan uang, setidaknya bisa menjadi bacaan ini J.

No comments:

Post a Comment