Campur-campur |
Kabupaten Sikka
kali ini adalah kali kedua kami lintasi setelah sebelumnya ketika menyisir ke
arah timur Flores tepatnya memulai pekerjaan dari wilayah Kabupaten Flores
Timur. Saya teringat ketika betapa lamanya perjalanan yang kami rasakan
untuk tiba di Maumere ibu kota Kabupaten Sikka. Yang kami khawatirkan adalah
lapu si gesit irit sedang ngambek hari itu, perjalanan yang kami mulai dari
Bajawa pagi itu sedikit menimbulkan tekanan pada kami. Satu persatu petunjuk
jalan yang menjadi patokan kami telah habis menunjukkan arah jalan di Sikka,
namun belum saja menunjukkan kemana arah Maumere. Sekali kami temukan petunjuk
jalan yang bertuliskan Maumere, diatasnya beranak lima daerah sebelum Maumere,
belum lagi ketika siluet dilangit mulai muncul kami mendapatkan informasi dari
warga bahwa kurang dari satu jam setelah desa mereka sudah memasuki Maumere.
Pakaian yang
sudah basah kering beberapa dibadang terpaksa dinyamankan saja tetap melekat di
badan, hingga menjelang waktu Maghrib kami tiba di Maumere. Seperti biasa semua
personil merapat ke rumah makan dan mencari penginapan. Setelah berputar-putar
tidak jauh dari tempat kami makan, kami menemukan hotel Bogor, namanya familiar
lalu mungkin saja pemiliknya orang Sunda seperti sebagian besar anggota
gerombolan. Selidik – selidik hotel Bogor ternyata terkenal sebagai hotel
esek-esek di Sikka, so demi keamanan dan kenyamanan kami berbelok menuju daerah
Kabor, dulunya adalah daerah tempat pelarian para kriminal. Disana ada sebuah hotel yang sesuai
budget dan banyak kompromi dengan kami hotel Kabor. Sampai-sampai sudah akrab dengan pemiliknya kami memanggilnya dengan nama Bunda Kabor.
Sadiman yang mana? |
“Hallo, wa alaikum
salam bro, lu pada su sampe di Maumere skarang. Oke sms nama hotelnya dengan
alamat ya, oh iya mau ngombe-ngombe apa ini” jawab suara dari sebelah sana. Saya
mencoba menghubunggi Sadiman, kawan sekolah dulu Saya dan Rizki. Gelandang
jangkar bertampang, eh berposisi maksudnya seperti Paul Pogba, kelahiran Timur
Leste yah sepantaran dengan Rafael Maitimo waupun ga main sepak bola Ia juga
naturalisasi :) . Sadiman
kami kenalakan juga kepada rekan-rekan lainnya, semua ternyata terlihat sangat
cepat akrab dengan ‘Diman’ canda dan ketawa-ketawa hingga larut malam bersama
kacang dan teman-temannya saat malam pertama kami di Maumere.
Tak banyak aktifitas outdoor yang kami lakukan disini, hanya
sekedar bertemu kawan-kawan lama dan kawan baru. Sore itu, Saya diminta bertemu
Pak Charles di wilayah Kewapante, menjelang waktu Maghrib tiba Saya sudah
berada disana. Tampak beberapa rekannya yang berpostur seperti aparat militer
menyambut kami, kami tidak banyak mengenalkan diri hingga ke detail pekerjaan
yang kami kerjakan selama di Flores, karena Pak Charles adalah sobat karib Pak
Yosep yang kami temui di Larantuka, sehingga informasi tentang kami sudah Ia
dapatkan sebelum kami bertemu.
Tawaran kopi hitam atau kopi susu, membuat
kami memilih kopi susu karena sudah seharian penuh meneguk kopi hitam, sekedar
mengganti rasa. Turut serta pisang molen dihidangkan dihadapan kami, membuat
suasana semakin akrab tidak ada lagi kecanggungan berbincang dengan orang-orang
yang lebih tua dan baru kami kenal. Bahkan Pak Charles tak canggung
menceritakan pergerakannya yang dilakukannya bersama teman-teman ketika tengah
menempuh studi di kota Yogyakarta. Mereka adalah aktifis gerakan Flores
merdeka, kampanye yang mereka lakukan tidak menggunakan kekersan lebih banyak
menggunakan media sebagai peropaganda. Ia mengisahkan salah seorang kawannya
sebagai satu-satunya orang yang boleh berhutang diwarnet dan boleh tetap ada
diwarnet ketika warnet telah tutup. “Jika Flores dulu bisa merdeka, jadi Negara
sendiri pisah dari Indonesia, maka Saya yang jadi Presiden pertamanya. Saya
yang ada didepan kamu adalah ketua gerakan Flores merdeka dulu” Ujar Pak
Charles. Saya pun mengiyakan “ betul Pak, beruntung Saya bisa ketemu aktifis
besar sekelas bapak, mungkin bisa Saya bilang Capres”, sambil berujar dalam hati
‘palalu peyang emang gampang ngurus Negara, ngurus warnet aja ga mpot-potan’.
Obrolan pula semakin melebar hingga
seorang yang bernama Chen bertanya tentang aktifitas outdoor kepada salah satu dari kami, “liat-liat dari penampilan
sama barang-barang bawaan ini kalian senang aktifitas outdoor ya?” Tanya Chen. “ya bisa dibilang semua kami punya
organisasi masing-masing beraktifitas outdoor” jawab arvi. Saat itu pula
undangan langsung diberikan Chen kepada kami, lalu akan mampir ke penginapan
kami untuk memberitahukan rekan-rekan yang lain untuk menghadiri syukuran
berdirinya UNIPALA, UKM pecinta alam di Universitas Nusa Nipa Flores. Chen
adalah salah satu pendirinya, keliahatan dedikasinya tingga pada UKM baru
mereka itu. Konon dari informasi yang kami dapat dari rekan lain bisa dibilang
dia mahasiswa paling lama keluar masuk kampus, kuliah, berhenti, daftar lagi,
berenti lagi.
Kamipun menghadiri undangan dari
UNIPALA, pukul delapan tepat kami sudah berada disana disambut dengan hangat
oleh anggota UNIPALA dan saling berkenalan, meski tak satupun nama yang tersisa
di ingatanL. Hidangan mulai dihamparkan diatas daun pisang yang
memanjang di ruangan, segera acara dimulai dari pembukaan, menyanyikan hymne, sambutan
ketua, pendiri, sambutan dari rombongan kami sebagai tamu, pembacaan doa dan
menyantap hidangan yang sederhana, unik dan bervariasi. Keakraban sesama penggiat
outdoor terus berlanjut, setelah makan dengan satu persatu tamu berdatangan
meramaikan suasana. Acara syukuran malam itu juga sekaligus pamitan kami kepada
rekan-rekan UNIPALA, besok hari kami harus melanjutkan perjalanan mencari kitab
suci, artinya menginggalkan Maumere :).
No comments:
Post a Comment